KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

Disusun Oleh:
1.
Azar Hanifah (P 068)
2.
Firmansyah R.P. (P 078)
3.
Lia Liana (P 088)
4.
Purwita Ambarsari (P 099)
5.
Yuniarsi (P 110)
PROGAM DIPLOMA III JURUSAN FISIOTERAPI
JURUSAN FISIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2013
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Alkhamdulillah
hirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-NYA mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas Ilmu Kesehatan Jiwa {Psikiatri} tentang
“Klasifikasi Gangguan Jiwa”, yang penyusun sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.
Makalah
ini memuat tentang “Klasifikasi Gangguan Jiwa” yang sangat berbahaya bagi
kesehatan jiwa seseorang. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi
pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Maret
2013
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penderita gangguan jiwa dari tahun ke
tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini
menderita gangguan jiwa, dengan 4 jenis penyakit langsung yang ditimbulkannya
yaitu depresi, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, danskizoprenia. Sementara
WHO mengatakan gangguan jiwa di seluruh dunia telah menjadi masalah serius.
Pada 2001 terdapat 450 juta orang dewasa yang mengalami gangguan jiwa. Pasien
dengan ganguan jiwa dapat melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya ataupun
orang lain disekitarnya, hal tersebut dikelompokkan dalam kegawat daruratan
psikiatrik, dimana gaduh gelisah merupakan salah satu bagiannya.
Solomon
(1971) menganggap bahwa pasien serupa ini harus segera ditolong, karena
tindakan yang tepat ini akan sangat bermanfaat tidak saja bagi pasien karena ia
menjadi lebih tenang, tapi juga akan memberikan suasana yang lebih baik bagi
keluarga atau teman terdekatnya.
Keadaan gaduh gelisah
bukanlah merupakan diagnosis tersendiri dalam psikiatri, dan keadaan ini dapat
diakibatkan oleh bermacam-macam penyebab dan harus ditentukan tiap kali pada
setiap pasien. Biasanya gaduh gelisah ini merupakan manifestasi dari Psikosa
(baik psikosa yang disebabkan oleh gangguan otak organik, maupun psikosa
fungsional seperti skizofrenia, psikosa afektif, psikosa paranoid maupun
psikosa reaktif), tapi tidak jarang gangguan psikiatrik lain pun mempunyai
gambaran yang serupa.
Gangguan
psikiatrik lainnya yang dapat mengakibatkan gangguan ini antara lain panik yang
akut, psikopat berat, gejala lepas obat pada para pecandu, gangguan situasional
sementara, keadaan yang terikat pada kebudayaan setempat seperti AMOK. Demikian
pula ,retardasi mental tertentu, tidak jarang disertai dengan gangguan/kelainan
jenis ini, walaupun hal ini umumnya dipresipitir oleh suatu keadaan yang
mengakibatkan dekompensasi mentalnya. Hal inilah yang menarik bagi penulis
untuk mengangkat “Klasifikasi Gangguan Jiwa” sebagai pendekatan yang dipakai
dalam tulisan ini.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini
adalah, sebagai berikut:
1.
Apa pengertian gangguan
jiwa?
2.
Apa saja klasifikasi
gangguan jiwa?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut::
1.
Mengetahui pengertian
gangguan jiwa
2.
Mengetahui apa saja
klasifikasi gangguan jiwa.
D.
Manfaat
Penelitian
Makalah ini diharapkan
memiliki manfaat, yaitu:
1.
Bagi Tenaga Kesehatan, dijadikan
kajian awal tentang klasifikasi gangguan jiwa.
2.
Bagi Pembaca, dapat
memberi informasi dan wawasan tentang gangguan jiwa dan klasifikasinya.
BAB II
ISI
A.
Gangguan
Jiwa Menurut PPDGJ III
Gangguan
jiwa adalah pola perilaku atau psikologik yang secara klinis bermakna dan
secara khas berkaitan dengan gejala, penderitaan (distress) serta hendaya
(impairment) dalam fungsi psikososial. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam :
cara berpikir (cognitive), kemauan (volition,emosi (affective), tindakan
(psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa
adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan
dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua
golongan yaitu : gangguan jiwa (Neurosa) dan Sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan
terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah:
ketegangan(tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas,
perbuatan-perbuatan yang terpaksa(Convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak
mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiranburuk dsb.
Banyak
sekali jenis gangguan dalam cara berpikir (cognitive). Untuk memudahkan memahaminya
para ahli mengelompokan kognisi menjadi 6 bagian seperti sensasi, persepsi,perhatian,
ingatan, asosiasi pikiran kesadaran. Masing-masing memiliki kelainan yang beraneka
ragam. Contoh gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar(mempersepsikan)
sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting,membakar rumah
dsb. Padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya
tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat
berat diarasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, pasien bisa mendengar
sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Contoh gangguan kemauan: pasien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah
membuat keputusan atau memulai tingkah laku. Pasien susah sekali bangun pagi,
mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
Banyak
sekali jenis gangguan kemauan ini mulai dari sering mencuri barang yang
mempunyai arti simbolis sampai melakukan sesuatu yang bertentangan dengan yang
diperintahkan (negativime) Contoh gangguan emosi: pasienmerasa senang, gembira
yang berlebihan (Waham kebesaran). Pasien merasa sebagai orang penting, sebagai
raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno dsb. Tetapi di lain waktu ia bisa
merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin
mengakhiri hidupnya. Contoh gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, pasien
melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan
maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau
menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan
aneh. Berdasarkan gejala-gejala yang muncul gangguan jiwa kemudian dikelompokan
menjadi beberapa jenis. Definisi jiwa yang sehat (mental health) seseorang dinyatakan sehat jiwanya, apabila ia
memiliki kepribadian sedemikian rupa sehingga mampu mengadakan adaptasi dan
re-adaptasi terhadap berbagai stress yang dihadapi.
Sehat
menurut WHO: the presence of physical and
emosional well being. Ciri –
ciri seorang dewasa yang sehat jiwanya :
a)
Sadar akan
diri/identitas dirinya
b)
Punya tujuan hidup
c)
Punya rasa mandiri
d)
Dapat menerima realita
e)
Mampu menjalin hubungan
dengan orang lain
f)
Dapat memahami
kebutuhan kebutuhan orang lain
g)
Mampu menjalin hubungan
heteroseksual dan mencapai kepuasan
bersama
h)
Aktif dan produktif
i)
Mampu melaksanakan
tugas dengan baik
j)
Mampu memberikan respon
yang fleksibel terhadap stres yang dihadapi
k)
Mampu menikmati
kesenangan dalam hidupnya
l)
Mampu menerima
kekurangan – kekurangan dirinya secara realistik
Bagi
seorang individu yang mengalami stres, akan timbul gejala gangguan jiwa atau
tidak, tergantung dari kemampuan adaptasinya. Kemampuan adaptasi tidak sama
pada setiap orang dan kemampuan ini ada batasnya. Gangguan jiwa akan tampak
pada :
1.
Ada fiksasi, yaitu
adanya keterbatasan dalam aktualisasi diri
2.
Hilang atau
berkurangnya fungsi – fungsi kejiwaan yang telah ada
3.
Tingkah laku regresif
yang berulang
4.
Adanya afek yang tidak
semestinya.
Gejala
gangguan jiwa merupakan proses yang punya tujuan untuk defensif protektif, dan
reparatif terhadap penyebab/akibat gangguan jiwa yang dapat mempengaruhi
situasi kepribadian dan menimbulkan gejala – gejala klinis. Gejala klinis pada
dasarnya merupakan :
a)
Kemampuan dalam
penyesuaian terhadap penyebab gangguan jiwa yang berupa kondisifisiologis,
psikologis atau sosial.
b)
Ketidak efektivan dalam
penyesuaian epidemiologi Gangguan Jiwa.
The World Health Report
2001: 25% penduduk di dunia pernah mengalami gangguan jiwa pada suatu masa
dalam hidupnya, 40% diantaranya didiagnosis secara tidak tepat. Hasil
penelitian Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia di Jawa Barat (2002):
36% pasien yang berobat ke puskesmas mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Gangguan yang umum terjadi adalah gangguan afektif atau gangguan mood, yaitu
kecemasan, depresi dan mania.
- Penyebab Umum Gangguan jiwa
Penyebab
gangguan jiwa karena manusia bereaksi secara keseluruhan : somato-psiko-sosial. Hal-hal yang dapat mempengaruhi
perilaku manusia:
1)
Keturunan dan
konstitusi
2)
Umur
3)
Sex
4)
Keadaan badaniah
5)
Keadaan psikologik
6)
Keluarga dan adat istiadat
7)
Kebudayaan
8)
Kepercayaan
9)
Pekerjaan
10) Pernikahan
11)
Kehamilan
12)
Kehilangan dan kematian
orang yang dicintai
13)
Agresi
14)
Rasa permusuhan
15)
Hubungan antar manusia.
- Proses Perjalanan Penyakit
Gejala
mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan
dengan melalui beberapa fase antara lain:
1.
Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun.
Gangguan
dapat berupa Selfcare, gangguan dalam
akademik, gangguan dalam pekerjaan,gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan
persepsi.
2.
Fase Aktif Berlangsung
kurang lebih 1 bulan
Gangguan
dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir
,gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi.
3.
Fase Residual
Mengalami
minimal 2 gejala gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.
Tahapan
halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa menurut Janice
Clack,1962. Klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai halusinasi
dan delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain :
1.
Tahap Comforting :
Timbul
kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya
mengkompensasikan stressornya dengan coping
imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
2.
Tahap Condeming :
Timbul
kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa
mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan
apa yang dirasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (With drawl).
3.
Tahap Controling :
Timbul
kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara
tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan
dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.
4.
Tahap Conquering :
Klien
merasa panik , suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti
perilaku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
Penggolongan
gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan ateoretik dan deskriptif. Urutan
hierarki blok diagnosis (berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan
hierarki lebih tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas :
1)
F00-09 dan F10-19
2)
F20-2
3)
F30-39
4)
F40-49
5)
F50-59
6)
F60-69
7)
F70-79
8)
F80-89
9)
F90-98
10) Kondisi
lain yang menjadi focus perhatian klinis (kode Z)
- Klasifikasi Gangguan Jiwa
a.
F
Gangguan Mental Organik, termasuk
Gangguan Mental Simtomatik
Gangguan mental organic = gangguan
mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan
mental simtomatik = pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder
penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.
Gambaran utama:
·
Gangguan fungsi
kongnitif
·
Gangguan sensorium –
kesadaran, perhatian
·
Sindrom dengan
manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir
(waham), mood dan emosi
b.
Fl
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya
c.
F2
Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan
Gangguan Waham.
Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang
tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap,
walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian
d.
F3
Gangguan Suasana Perasaan (Mood
[Afektif])
Kelainan
fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah
depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang
meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat
aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu
e.
F4
Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform
dan Gangguan Terkait Stres
f.
F5
Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik
g.
F6
Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa
Kondisi
klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi
pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri
maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak
dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi
faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada
masa kehidupan selanjutnya.
h.
F7
Retardasi Mental
Keadaan
perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh
pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa atau gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada.
i.
F8
Gangguan Perkembangan Psikologis
Gambaran
umum
·
Onset bervariasi selama
masa bayi atau kanak-kanak
·
Adanya hendaya atau
keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan
kematangan biologis susunan saraf pusat
·
Berlangsung
terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa pada
sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, ketrampilan
visuo-spasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara
progresif dengan bertambahnya usia
j.
F9
Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja.
A)
Diagnosis
Multiaksial
1.
Aksis I
Gangguan
Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-98,
F99) Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis (tidak ada diagnosis Ã
Z03.2, diagnosis tertunda à R69)
2.
Aksis II
Gangguan
Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive, mekanisme
defensimaladaptif) Retardasi Mental (F70-79)(tidak ada diagnosis à Z03.2,
diagnosis tertunda à R46.8)
3.
Aksis III
Kondisi
Medik Umum
4.
Aksis IV
Masalah
Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial)
5.
Aksis V
Penilaian
Fungsi Secara Global (Global Assesment of
Functioning = GAF Scale) 100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada
masalah yang tidak tertanggulangi
90-81 gejala min,
fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa
80-71 gejala sementara
dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial
70-61 beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik
60-51 gejala dan
disabilitas sedang
50-41 gejala dan
disabilitas berat
40-31 beberapa
disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat
dalam beberapa fungsi
30-21 disabilitas berat dalam komunikasi
dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang
20-11 bahaya mencederai diri/orang lain,
disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri
10-01 persisten dan
lebih serius informasi tidak adekuat
Tujuan
diagnosis multiaksial :
v Informasi
komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan meramalkan outcome
v Format
mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan mengkomunikasikan informasi
klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis, dan menggambarkan heterogenitas
individu dengan diagnosis yang sama
v Penggunaan
model bio-psiko-sosial.
B)
Koordinasi
Psikiatri
Dalam
bidang psikiatri, tugas seorang dokter adalah memeriksa pasien dan kemudian
menyimpulkan apakah pasien itu sehat atau terganggu jiwanya. Untuk itu, perlu
dipelajari tentang: metode, alat dan bahan yang harus diperiksa.
Alat
yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan psikiatri adalah kepribadian si
pemeriksa sendiri. Metode / cara yang digunakan adalah : wawancara dan
observasi. Dengan wawancara dan observasi dilakukan pemeriksaan terhadap
koordinat psikiatri yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar dalam kesimpulan pemeriksaan.
Koordinat psikiatri terdiri atas :
1)
Kesadaran
2)
Alam perasaan
3)
Pikiran
4)
Perbuatan / tingkah
laku
Penatalaksanaan gangguan jiwa
§
Somatoterapi
§
Medikamentosa
§
Antidepresan
§
Ansiolitik
§
Mood stabilize
§
Antipsikotik
§
Stimulan
§
Leukotomy
§
Bilateral cingulotomy
§
Deep brain stimulation
§
Psikoterapio Shock
therapy
§
Insulin shock therapy
§
Electroconvulsive
therapy
§
Psychosurgery
Cognitive
Behavioral Therapy (CBT) : dilakukan pada gangguan jiwa secara luas. Didasarkan
pada modifikasi bentuk pikiran dan sikap pasien.
o Psikoanalisis
: menilai penyebab konflik psikis dan defense
o Interpersonal
psychotherapyo Gestalt therapy
o EMDR
(Eye movement desensitization and reprocessing)o Behavior Therapy.
C)
Hubungan
Antara Organobiologis, Psikopatologis dan Sosiokultural pada Gangguan Jiwa
1.
Organobiologis
Manusia bereaksi secara
keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara organobioliologis,
psychoeducative, sosiocultural. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka
ketiga unsur ini harus diperhatikan. Yang mengalami sakit dan menderita ialah
manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, umur, jenis kelamin,
keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan
kepercayaan, pekerjaan, pernikahan, kehamilan, kehilangan dan kematian orang
yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar amanusia, dan
sebagainya.
Gangguan
jiwa dipengaruhi oleh banyak factor, Dr. dr. Luh Ketut Suryani mengungkapkan
bahwa gangguan jiwa dapat terjadi karena tiga faktor yang bekerjasama yaitu
faktor biologik, psikologik, dan sosiobudaya. Biarpun gejala umum atau gejala
yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya
mungkin di badan (organobiologis), di lingkungan social (sociokultural) ataupun
psikologis dan pendidikan (psychoeducative). Biasanya tidak terdapat penyebab
tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling
mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun
jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan
badaniah seorang berkurang sehingga mengalami peradangan tenggorokan atau
seorang dengan mania yang berperilaku sangat aktif mendapat kecelakaan. Sebaliknya
seorang dengan penyakit badaniah umpamanya peradangan yang melemahkan, maka
daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia mungkin mengalami depresi.
Sudah
lama diketahui juga, bahwa penyakit pada otak sering mengakibatkan gangguan
jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami gangguan otak (karena trauma
kelahiran, peradangan) kemudian menjadi banyak tingkah (hiperkinetik) dan suka rdiasuh.
Ia mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka
ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi. Sumber penyebab:
Ø Genetik
(heredity). Adanya kromosom tertentu
yang membawa sifat gangguan jiwa (khususnya pada skizofrenia). Hal ini telah
dipelajari pada penelitian anak kembar, dimana pada anak kembar monozigot (satu
sel telur) kemungkinan terjadinya skizofrenia persentase tertinggi (86, 2 %),
sedangkan pada anak kembardengan dua sel telur (heterozigot) kemungkinannya hanya
14, 5%.
Ø Bentuk
tubuh (konstitusi) Kretschmer (1925) dan Sheldon (1942), meneliti tentang
adanya hubungan antara bentuk tubuh dengan emosi, temperament,dan
kepribadian(personality). Contoh : Orang yang berbadan gemuk emosinya cendrung
meledak- ledak, ia bisa lompat kegirangan ketika mendapat hal yang menyenangkan
baginya dan sebaliknya.
Ø Terganggunya
otak secara organic. Contoh : Tumor, trauma (bisa disebabkan karena gagar otak
yang pernah dialami karena kecelakaan), infeksi, gangguan vaskuler, gangguan
metabolisme, toksin dan gangguan cogenital dari otak
Ø Pengaruh
cacat congenital. Contoh: Down Syndrome (mongoloid)
Ø Pengaruh
neurotrasmiter Yaitu suatu zat kimia yang terdapat diotak yang berfungsi
sebagai pengantar implus antar neuron (sel saraf) yang sangat terkaitdengan
penelitian berbagai macam obat-obatan yang bekerja pada susunan saraf Contoh:
Perubahan aktivitas mental, emosi, dan perilaku yangdisebabkan akibat pemakaian
zat psikoaktif
Ø Neroanatomi
Ø Neurofisiologi
Ø Neurokimia
Ø Tingkat
kematangan dan perkembangan organik
Ø Faktor-faktor
pre dan peri-natal
2.
Faktor-faktor
psikopatologi
Psikopatologi
adalah lapangan psikologi yang berhubungan kelainan atau hambatan kepribadian
yang menyangkut proses dan isi kejiwaan. Dalam psikopatologi dikenal tiga
golongan besar kelainan atau hambatan kepribadian yaitu:
a. Psikosa
Psikosa
ialah gangguan kejiwaan yang meliputi keseluruhan kepribadian seseorang,
sehingga orang yang mengalami tidak bisa lagi menyesuaikan diri dalam
norma-norma yang wajar dan berlaku umum. Psikosa umumnya terbagi dalam dua
golongan besar yaitu:
1)
Psikosa fungsionali.
Faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang
berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau
pengalaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang
2)
Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas
sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam
jiwa seseorang.
b. Psikoneurosa
Psikoneurosa
atau dengan singkat dapat disebutkan neurosa saja, adalah gangguan yang terjadi
hanya pada sebagian daripada kepribadian, sehingga orang-orang yangmengalaminya
masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa atau masih bisa belajar dan
jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
c. Psikopat
Golongan ketiga ini merupakan hambatan
kejiwaan yang menyebabkan kesulitan penyesuaian diri atau timbul ketidakmauan
untuk mengikuti norma-norma yang ada dilingkungan. Karena itu istilah psikopati
sering disinonimkan sosiopsikopati. Penderita memperlihatkan adanya sikap
egosentris yang besar, seolah-olah patokan untuk semua perbuatan adalah dirinya
sendiri saja. Ciri lain adalah keinginan untuk menguntungkan diri sendiri tanpa
memperdulikan oleh pihak lain. Dalam bentuk yang ringan, gangguan kejiwaan seperti
di atas disebut character disorder
yang dapat kita lihat misalnya pada seseorang yang eksentrik yang berdandan
sesuai dengan seleranya sendiri tanpa memerlukan apakah dandannya itu akan
menjadi bahan tertawaan atau tidak. Hubungan antara peristiwa hidup yang
mengancam dan gangguan mental sangat kompleks tergantung dari situasi, individu
dan konstitusi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan
tetangga selama periode stres. Struktur sosial, perubahan sosial dan tigkat sosial
yang dicapai sangat bermakna dalam pengalaman hidup seseorang. Kepribadian
merupakan bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal yang berulang-ulang
yang khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang sekarang bukan merupakan
ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil, tetapi merupakan retensi pengumpulan
dan pengambilan kembali. Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa
fungsional memperlihatkan kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa fase
perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan keluarga, lingkungan
sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya. Gejala yang diperlihatkan oleh
seseorang merupakan perwujudan dari pengalaman yang lampau yaitu pengalaman
masa bayi sampai dewasa.Faktor psikologik disini dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1)
Hubungan intrapersonal
§
Inteligensi
§
Keterampilan
§
Bakat dan minat
§
KepribadianSalah satu
hal yang terpenting yang tidak jarang bereaksi secara patologis disini adalah
faktor dari kepribadian individu itu sendiri, hal ini disebabkan karena
pengaruh dalam perkembangannya berlaian bagi setiap individu, sehingga
terkadang pola penyesuaiannya berbeda antara individu yang satu dengan individu
yang lainnya.
2)
Hubungan interpersonal
·
Interaksi antara kedua
orang tua dengan anaknya
·
Orang tua yang
overprotektif
·
Orang tua yang terlalu
sibuk dengan dunianya sendiri
·
Peran ayah dalam
keluarga
·
Persaingan antar
saudara kandung
·
Kelahiran anak yang
tidak diharapkan
3.
Faktor-faktor
sosiokultural
Gangguan
jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai perbedaan terutama mengenai pola
perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu sosio-budaya tertentu
berbeda dengan budaya lainnya. Adanya perbedaan satu budaya dengan budaya yang
lainnya,menurut Zubin, 1969, merupakan salah satu faktor terjadinya perbedaan
distribusi dan tipe gangguan jiwa. Begitu pula Maretzki dan Nelson, 1969,
mengatakan bahwa alkulturasi dapat menyebabkan pola kepribadian berubah dan
terlihat pada psikopatologinya. Pendapat ini didukung pernyataan Favazza (1980)
yang menyatakan perubahan budaya yang cepat seperti identifikasi, kompetisi,
alkulturasi dan penyesuaian dapat menimbulkan gangguan jiwa. Selain itu, status
sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa Goodman
(1983) yang meneliti status ekonomi menyatakan bahwa penderita yang dengan
status ekonomi rendah erat hubungannya dengan prevalensi gangguan afektif
danalkoholisma. (litbang)
·
Pengaruh rasial, Contoh:
Adanya pengucilan pada warga berkulit hitam di negara Eropa
·
Golongan minoritas , Contoh:
Pengucilan terhadap seseorang atau sekelompok orang yangmenderita penyakit HIV
·
Masalah nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat
·
Masalah ekonomi, Contoh:
Karena selalu hidup dalam kekurangan seorang ibu menganiya anaknya
·
Masalah pekerjaan
·
Bencana alam
·
Perang, Contoh: karena
perang yang berkepanjangan seorang anak menjadi stress
·
Faktor agama atau
religius baik masalah intra agama ataupun inter agama, Contoh:Perasaan bingung
dalam keyakinan yang dialami seorang anak karena perbedaan keyakinan dari orang
tuanya
·
Kestabilan keluarga
Keluarga-keluarga
dengan kondisi tertentu berpotensi untuk memilki anggota gangguan jiwa.Sehingga
dalam berkeluarga perlu mencari ilmu untuk menentukan strategi yang diterapkan
dalam mencapai visi atau tujuan keluarga. Potensi-potensi tersebut adalah :
o Tidak
ada nilai agama di rumah tangga
o Orang
tua pengangguran atau tidak ada penaggung jawab ekonomi
o Kemiskinan
o Ada
anggota yang melakukan Kriminalitas
o Kekerasan
di rumah tangga
o Lingkungan
yang buruk
o Sering
ada pertengkaran
o Tidak
ada komunikasi
o salah
satu anggota menggunakan NAPZA
o Tidak
ada model Pola mengasuh anak
·
Tingkat ekonomi
Tingginya
masyarakat miskin di Indonesia lebih dari 30 juta orang, ditambah dengan pengangguran
lebih dari 40 juta orang telah menyebabkan meningkatnya kriminalitas, tingginya
kekerasan di rumah tangga, banyaknya penggusuran, perebutan hak atas tanah, penipuan
dsb. Hal itu dilakukan sebagai cara bertahan untuk hidup. Sehingga masyarakat menjadi
mudah marah, gampang tersinggung dan sering menyelesaikan masalah dengan otot bukan
dengan otak atau tidak mampu untuk menggunakan cara bermusyawarah. Hal itu merupakan
data adanya masalah psikologis dimana saat kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi
maka orang menjadi panik dan tidak aman. Apabila dalam kondisi sebuah rumah
tangga tidak ada cadangan beras, genting bocor, anak sakit susah berobat,
lingkungan kotor , rumah sempit, rekening listrik belum terbayar, anak tidak
sekolah dan menjadi gelandangan di jalan, maka hampir dipastikan di rumah
tangga tertsebut tidak akan lahir generasi yang sehat jiwanya.
·
“Kemiskinan pangkal
penyebab utama gangguan jiwa di Negara kita”
·
Perumahan masalah di
perkotaan atau pedesaan
·
Masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan
·
Pendidikan dan
kesejahteraan yang tidak memadai
·
Pengaruh rasial diskriminatif
dan keagamaan
·
Nilai-nilai
BAB III
RINGKASAN
Gangguan jiwa adalah
kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan
fisik, maupun dengan mental. Penyebab gangguan jiwa karena manusia bereaksi
secara keseluruhan (somato-psiko-sosial). Gejala gangguan jiwa mulai timbul
biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan, gangguan
jiwa sebagian besar disertai halusinasi dan delusi. Klasifikasi gangguan jiwa
di identitaskan dengan huruf “F” dari F-F9 tergantung dari jenis klasifikasi
gangguannya. Diagnosis Multiaksial terdiri dari aksis I-V. Untuk mengetahui
seseorang mengalami gangguan jiwa atau tidak, perlu dipelajari tentang: metode,
alat dan bahan yang harus diperiksa. Alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan
psikiatri adalah kepribadian si pemeriksa sendiri. Metode / cara yang digunakan
adalah : wawancara dan observasi. Dengan wawancara dan observasi dilakukan
pemeriksaan terhadap koordinat psikiatri yang nantinya dapat dipakai sebagai
dasar dalam kesimpulan pemeriksaan. Terdapat hubungan antara Organobiologis,
Psikopatologis dan Sosiokultural pada gangguan jiwa.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat
disimpulkan bahwa klasifikasi gangguan jiwa itu tergantung dari tingkat gangguan secara
psikis dan fisiknya. Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keadaan
Sosial, ekonomi dan Budaya juga berpengaruh dalam gangguan jiwa. Seseorang harus
diberi perhatian yang lebih agar tidak mudah tertekan batinnya dan dia bisa
mencurahkan pikirannya sehingga perasaannya lebih lega serta nyaman.
KEPUSTAKAAN
1
Mangindaaan L. Buku
Ajar Psikiatri: Diagnosis Psikiatrik. Jakarta: Penerbit FKUI; 2010. P. 71-83.
2
WHO. ICD-10
Classification of Mental and Behavioural. Geneva: WHO; 2005. P. 8-21.
3
Tomb DA. Buku Saku
Psikiatri: Klasifikasi Psikiatrik. Gangguan Psikososial. 6thed. Jakarta: EGC;
2000. P. 3, 218
4
WHO. Multiaxial
Presentation of The ICD-10 for use in Adult Psychiatry: Glossary of Clinical
Diagnoses.United States of America: Cambridge University Press; 2007. P. 37.